Bekasi – Warga RT 005 RW 004 Kelurahan Bojongmenteng, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi, dibuat resah oleh perubahan warna air sumur mereka yang tiba-tiba menjadi hitam pekat dan berbau tak sedap. Dugaan kuat, air tersebut tercemar limbah dari aktivitas MBG ( Makanan BergiU Gratis ) Milik Yayasan Al-Barkah Cipta Insani yang beroperasi di sekitar permukiman.

Tinih (45), salah seorang warga, memperlihatkan air sumurnya yang keruh dan berwarna gelap. Ia menceritakan awal mula perubahan air yang kini tak lagi bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

“Awalnya belum begitu hitam, mas. Sempat kami masak buat seduh kopi untuk suami. Eh, udahannya, suami mencret-mencret,” ujar Tinih, Senin (27/10/2025).

Sejak itu, Tinih dan keluarganya berhenti menggunakan air sumur tersebut. Ia bahkan harus membeli air galon setiap hari untuk kebutuhan mandi dan mencuci.

“Lama-lama malah makin butek item begitu airnya. Kita warga udah komplain ke RT, tapi sampai sekarang kaga ada yang datang dari MBG, bang,” keluhnya.

Keluhan serupa datang dari Subur warga lain yang tinggal bersebelahan dengan lokasi kubangan pembuangan limbah. Ia mengaku terganggu oleh aroma busuk yang menyengat, terutama ketika air di kubangan itu meluap.

“Lah, itu pembuangannya di sebelah tembok kita, bang. Kalo lagi luber, busyeet baunya sampai kamar!” ucap SBR, Sabtu (25/10/2025), saat ditemui awak media.

Ketua RT 005 RW 004, Surya, membenarkan adanya keluhan warga terkait pencemaran tersebut. Ia menyebut telah melakukan mediasi bersama pihak MBG beberapa waktu lalu.

“Kita udah ketemu bang sama pihak MBG, salah satunya Pak Jodi selaku Direktur MBG. Katanya akan segera diatasi, tapi sampai sekarang masih begini juga,” jelas Surya.

Saat awak media mencoba mengonfirmasi persoalan ini langsung ke kantor MBG, suasana justru memanas. Seorang staf bernama Ibu Tri menolak memberikan klarifikasi dan malah memeriksa identitas wartawan dengan meminta kartu anggota PWI, bahkan sempat hendak memotretnya.

“Tidak bisa! Silakan saja laporkan ke Wali Kota. Kami persilakan Wali Kota untuk datang, baru kami mau wawancara,” ujar Tri tegas, berulang kali.

Sikap tertutup dan menantang itu memicu keheranan publik, mengingat permasalahan limbah sudah menimbulkan keresahan nyata di masyarakat.

Berbeda dengan Tri, Bagus, yang mengaku sebagai mitra MBG, menunjukkan sikap ramah dan terbuka. Ia mengakui telah menerima keluhan warga dan menyebut pihaknya sudah mengambil langkah penanganan.

“Betul, kita telah menerima komplain itu dan sudah kita atasi kemarin (Minggu sore),” ucapnya.

Bagus juga menyebut bahwa sebelumnya telah dilakukan pertemuan dengan perwakilan warga.

“Akhir bulan kemarin atau awal bulan ini kita udah mediasi, saya pikir udah selesai. Kemarin juga kita lakukan penyedotan enam tangki truk penyedot. Tapi air di situ bukan sepenuhnya dari MBG, ada juga dari selokan warga,” tambahnya.

Namun, hasil penelusuran di lapangan menunjukkan aliran selokan warga tampak tidak mengarah ke kubangan yang dimaksud, sehingga pernyataan tersebut menimbulkan keraguan.

Hingga berita ini diterbitkan, awak media belum berhasil menemui pihak yang bertanggung jawab secara langsung dari SPPG MBG di bawah Yayasan Al Barkah Cipta Insani untuk meminta tanggapan resmi. Publik kini menunggu langkah dari Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono, setelah “undangan” terbuka dilontarkan oleh staf MBG.

“Saya cuma pengen air bersih lagi aja, bang. Gak pengen macem-macem saya mah,” tutup Tinih dengan raut kecewa.